Content

pramuka um

PRAMUKA UM
0 komentar

pramuka um: njajal





BAB I

PENDAHULUAN

Ada tujuh hal yang dikemukakan dalam bagian ini. Ketujuh hal tersebut, (1) latar belakang, (2) masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) asumsi penelitian, (6) ruang lingkup penelitian, (7) definisi operasional. Ketujuh hal pokok tersebut dipaparkan berikut ini.


A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum mata pelajaran Seni Budaya memuat aspek konsepsi, apresiasi, dan kreasi yang disusun sebagai suatu kesatuan. Ketiga aspek kegiatan tersebut harus merupakan rangkaian aktivitas seni yang harus dialami siswa dalam aktivitas berapresiasi dan berkreasi seni. Pendidikan seni di sekolah umum pada objeknya diarahkan untuk menumbuhkan sensitivitas dan kreativitas sehingga terbentuk sikap apresiatif, kritis, dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh(Depdiknas,2003:4).

Pembelajaran Seni Rupa yang merupakan mata pelajaran kesenian di Sekolah Menengah Pertama mengacu pada tujuan untuk menumbuhkan sensitivitas dan kreativitas sehingga terbentuk sikap apresiatif, kritis, dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh (Depdiknas, 2003:5). Tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengajaran Seni Rupa dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi seni melalui kegiatan apresiatif, kreatif, dan kritis. Kegiatan tersebut akan memperdalam rasa, cita, dan karsa siswa dalam menikmati sebuah karya. Kemampuan ini hanya mungkin tumbuh jika dilakukan serangkaian kegiatan meliputi pengamatan, analisis, penilaian, serta kreasi dalam setiap aktivitas seni baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Penekanan lebih lanjut dalam pembelajaran Seni Rupa dijabarkan dalam

Standar kompetensi pembelajaran Seni Rupa di Sekolah Menangah Pertama terdiri atas tiga kompetensi, yakni (1) mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa terapan melalui gambar bentuk obyek tiga dimensi, (2) mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa terapan melalui gambar/ lukis, karya seni grafis dan kriya tekstil batik daerah Nusantara, (3) Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa murni yang dikembangkan dari beragam unsur seni rupa Nusantara dan mancanegara (Depdiknas, 2003:14).

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi (Soehardjo,2005).
Baca selengkapnya »
1 komentar

pramuka um: organisasi


organisasi non-profit oriented seperti halnya Gerakan pramuka, memiliki gaya yang unik dalam mengatur atau memanajemenisasi organisasinya. gaya yang unik ini dapat dilihat dari kekuatan daya ikat antarpengurus atau dewan dalam suatu gugusdepan. kenyataan dilapangan, kekuatan daya ikat itu muncul bukan karena kekuatan lembaga atau organisasi dalam ranah structural, melainkan melalui hubungan kekerabatan yang apik diantara pengurus. analisis lebih jauh menempatkan gerakan pramuka hanyalah organisasi sekelompok orang yang memiliki kekerabatan “erat”. sehingga jika tidak memiliki kekerabatan, dimungkinkan tidak akan betah dalam organisasi, apalagi yang pernah berkonflik maka sudah 80% orang tersebut akan menghilang dari organisasi.
kekerabatan itu sendiri mempunyai kutub masing-masing, adapun kutub yang terkuat adalah kutub yang memiliki (1) jabatan tinggi dalam structural organisasi, (2) memiliki jumlah anggota kekerabatan yang banyak. ketika dua hal di atas tidak dipenuhi dalam organisasi pramuka, maka dapat dipastikan tidak dapat bertahan berkecimpung dalam organisasi, meskipun dapat bertahan kemungkinan terpaksa.
jika dikaji lebih jauh, hal ini termasuk keuntungan juga kerugian bagi organisasi, tergantung policy pemimpin dalam menanggapi fenomena tersebut. organisasi beruntung jika pemimpin mampu merangkul segenap kelompok kekerabatan yang lahir dalam organisasi, untuk diberdayakan dalam event organisasi secara formal. akan merugi jika ternyata pemimpin memaksakan jabatannya sebagai kekuatan untuk menggerakkan kelompok kekerabatan tanpa include dalam kelompok tersebut, akibatnya yang muncul adalah konflik dan perpecahan.
fenomena yang paling parah adalah jika kekuatan formal atau kekuatan sruktural sudah tidak mampu mengarahkan kekuatan informal, dalam arti organisasi bukanlah milik pemimpin yang mengatur arah organisasi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, tetapi milik kelompok kekerabatan yang arahnya sesuai dengan kepinginan masing-masing. selama hal ini baik, mungkin masih bisa diimprovisasi, tapi jika ternyata malah meruntuhkan structural organisasi, maka organisasi tersebut tak lebih hanya kumpulan sahabat yang berpikir dan bertindak tanpa arah, alias “sak karepe dewe”. seharusnya organisasi itu mampu mengayomi segenap pengurus dan anggota dengan cara seadil-adilnya sesuai kemampuan. kekerabatan dalam kelompok yang terlalu kuat akan menyisihkan anggota lain yang tidak masuk dalam kelompok tersebut, sehingga anggota yang tak punya kelompok kekerabatan apalagi yang berkonflik dengan kelompok kekerabatan kutub akan menghilang dari organisasi. “ dalam buku psikologi organisasi kelompok kekerabatan disebut kelompok informal” ”jika kelompok informal terlalu kuat, maka pemimpin akan kehilangan wibawa, jika pemimpin terlalu kuat, kelompok informal akan meninggalkannya, kehilangan anggota” bersambung...tip membangun kelompok informal yang berbasis formal.
Baca selengkapnya »

adsense link 728px X 15px

saddddddddddddddddddddddddddddddd
© 2011 pramuka um | Template Handcrafted with love by Puzzle Inc. Design